in memoriam JO; "Ayooo 'Becaan' Mas,"

By Abdi Satria


M. Nigara

Wartawan Senior


FEBRUARI 1995, PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) menggelar rapat nasional di Solo. Ini raparnas pertama untuk saya, dan menjadi raparnas terindah.

Sore itu, saya berdiri di luar lobby Sahid Raya, Solo. Sekitar satu jam lagi, buka puasa. Saya, Bang Sondang Meliala, dan beberapa lainnya sedang berbincang ingin berbuka di mana.

Tak lama, muncul tokoh yang luar biasa. Tokoh besar pers nasional..... bos besar dan akan terus menjadi bos bagi saya. Ya, Pak Jacob Oetama atau akrab disapa Pak JO. Sejak 1981, saya menjadi 'kadet' di Harian Kompas, setelah direkrut oleh Bang Valens Goa Doi, redaktur olahraga dan direkomendasi Mas Sumohadi Marsis.

Maklum, saat itu di desk halaman X, sudah senior semua. Selain Bang V dan Mas sm, ada Mas igs (Ignatius Sunito), Mas tpk (Totok Poerwanto). Bang Valens yang baru naik butuh motor lapangan. Kebetulan saat saya masih di majalah Olympic, beberapa kali liputan bareng baik dengan Valens, Mas sm, maupun Mas igs. Saat itu, saya baru kuliah tingkat satu di STP (Sekolah Tinggi Publisistik).

"Ayooo Mas Nig becaan.....," tiba-tiba suara ramai kami dibelah oleh suara dengan logat Jawa yang kental, menyebut dan mengajak saya. Kami semua menoleh. Tokoh besar itu, ta Pak JO tiba-tiba mengajak saya. Saya tersipu-sipu, semua yang hadir terheran-heran.

Tak lama beca sudah bergerak. Antara senang dan sungkan bercampur aduk. Bayangkan sejak 1981-1994 saya ada di Kompas dan Mingguan BOLA, seingat saya hanya dua kali saya bertemu Pak JO.

Pertama sesaat setelah untuk pertama kali sejak 1977 ikut Sea Games, Indonesia gagal dinpenyisihan grup. Kalah 5-0 dari Thailand, menang 2-1 atas Burma, dan serin1-1 dengan Brunei Darussalam. Buntut kegagalan itu, terjadi perseteruan antara Iswadi Idris, pelatih dengan Siswanto, pemain.

Kompas yang menurunkan beritanya, polemik itu diselesaikan di ruang Pak JO. Semua pihak diundang, termasuk saya. Alhasil persoalan selesai dengan baik.

Lalu yang kedua, sekitar 1988an. Saya, Mas Zaenal Effendi (fotographer),Kang Hikmat, lebih dulu tiba di kantor BOLA, Pal Merah, setelah rapat tahunsn di Cipanas. Tiba-tiba Pak JO muncul. Intinya mencari mas Sumo dan Mas Nito.

Kalaupun ada dua kisah lagi, ini disampaikan oleh Bang Valens saat rapat desk olahraga. "Pak JO senang dengan tulusan Nig terkait pernikahan dua penerjun Yasmin dan Mandagi, " katanya. 

Dan saat putaran 12 besar Perserikatan yang membuat Kompas Oplahnya naik signiifikan. Tapi, itu pun secara global, meski lagi-lagi kata Bang Valens, memuji mn, inisial saya.

Tapi, kok, di sini, di Solo, Pak JO seperti akrab sekali dengan saya. "Mas Nig, hati-hati ya di tempat yang baru. Anda membawa nama kami semua, " ujar Pak JO.

Masih tutur Pak JO, jaga prestasi, jaga kinerja yang sudah diperoleh dari Pal Merah Selatan. Dan, segudang nasehat yang sangat berharga tumpah dalam beca-becaan itu. Tak terasa hampir satu jam kami berkeliling. Beca pun kembali ke tempat awal. "Jangan pernah sungkan untuk kembali jika tak betah di tempat yang baru," ujar Pak JO sambil meninggalkan saya tersipu-sipu.

Ya, sejak Mei 1994, saya resmi mundur dari KKG (Kelompok Kompas Gramedia) setalah 14 berada di barisan Pal Merah Selatan. Sejak itu, Bakrie Grup merekrut saya untuk mengawal Media GO, Nusa Bali, Sinar Pagi, dan Berita Buana.

Hari ini, Rabu 9 September 2020, Jacob Oetama, seorang wartawan besar, tutup usia. JO menjadi sedikit orang yang mampu membangun grup media, Kompas-Gramedia dari sebuah mobil Fiat dan Lambretta menjadi raksasa pers nasional. 

Selamat jalan Pak JO, seorang pemimpin yang luar biasa. Seorang senior yang selalu menebarkan senyum di mana saja. Selamat menuju ke alam keabadian. Semoga seluruh kebaikanmu dicatat sebagai kebaikan yang hakiki.....